Ekonomi Indonesia dinilai hampir pasti tidak mengalami pertumbuhan pada kuartal II akibat dampak pandemi corona atau Covid 19. Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Ryan Kiryanto memperkirakan, ekonomi minus hingga 4 persen seperti pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani. "Ekonomi pada kuartal II mengalami kontraksi atau pertumbuhan ekonomi negatif. Bisa antara minus 3 persen sampai 4 persen dan itu kita tidak perlu kaget, tidak perlu geleng geleng kepala, tapi ya memang itu kondisinya," ujarnya saat webinar, Jumat (17/7/2020).
Menurutnya, nasib itu tidak hanya menimpa Indonesia sebagai negara berkembang, tapi juga negara maju seperti Singapura hingga minus puluhan persen. "Kita tidak sendiri, beberapa hari lalu, pemerintah Singapura merilis pertumbuhan ekonomi mereka itu minus 41,2 persen. Namun, ya Singapura baik baik saja, tidak ada masalah karena nanti mereka akan berbalik arah menguat," kata Ryan. Lebih lanjut dia merincikan, kontribusi sektor tersier ke perekonomian masih tinggi sebelum pandemi menyerang yakni 4,62 persen.
Sektor tersier itu yakni ada perdagangan, transportasi, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, jasa lainnya, termasuk pariwisata. Namun, Ryan menduga sektor tersier ini akan memberikan kontribusi sangat kecil pada kuartal II dan III nanti, bahkan mungkin sampai kuartal IV. "Postur ini akan berubah, kontribusi sektor primer akan naik, sementara sektor sekunder akan stabil, dan tersier akan mengecil. Hal itu karena PSBB kuartal II belum dicabut, kuartal III dan IV belum optimal melakukan tindakan mendorong konsumsi, lalu pemulihan sektor pariwisata mungkin agak lama," pungkasnya.